Selasa, 15 Februari 2011

Muswil Oh Muswil....

Muswil oh muswil… singkatan dari musyawarah wilayah yang aku pun tak pernah berperan di dalamnya. Tanggal 12-13 Februari 2011 kemarin, akhirnya saya mengikuti muswil JMKI (Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia) yang bertempat di Gedung Sasana Krida, Universitas Jendral Achmad Yani. Saya pikir, acara muswil ini adalah suatu forum santai yang terdiri dari beberapa instansi terkait. Ternyata, memang santai, tapi serius. Dipimpin oleh presidium, dengan suasana sedikit mencekam di hari pertama. Sebenarnya suasana ini sengaja diberlakukan supaya lebih dramastis saja (tidak begitu penting, namun ya begitulah kultur di sana). Saat dibacakan laporan pertanggung jawaban dari kepengurusan sebelumnya, saya benar-benar ngantuk. Karena saya tidak begitu mengerti dengan program kerja yang telah terjadi selama satu tahun ini. Jadi, kemana saya selama satu tahun ini di JMKI? Saya merasa ada, tapi ya itulah keadaannya. Saya tidak mengerti apa-apa. Kemudian saat pembahasan laporan pertanggung jawaban, ini adalah hal yang paling tidak saya sukai. Ketika mereka sudah mengusahakan semampu mereka, kemudian mereka disebut gagal dalam pelaksanaannya, dicecar dengan pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa. Mereka juga punya kesibukan di bidangnya masing-masing (JMKI terdiri dari kedokteran, farmasi, kedokteran gigi, keperawatan, dan kesehatan masyarakat). Suatu kelebihan jika dalam kesibukan masing-masing mereka dapata saling berkoordinasi kemudian menjalankan program kerjanya. Namun seakan-akan mereka ditumbangkan dengan kata-kata yang sebenarnya rasional, “Kesalahan bukan untuk dimaklumi, tapi untuk diperbaiki”. Ya begitulah, masa-masa itu rasanya ingin saya skip saja. Kursi yang saya duduki menjadi tidak nyaman, serasa ada duri-duri yang menyuruh saya pergi dari kursi itu. Di hari kedua, pemilihan Badan Pengawas Wilayah dan Koordinator Wilayah. Tidak setegang yang sebelumnya, namun rumitnya sama. Bagaimana mungkin memilih 2 dari 4 membutuhkan waktu lebih dari satu jam. Saya mengerti bahwa mereka yang terpilih itu akan menjabat selama satu tahun, dan jangan sampai salah pilih. Sedang ketentuannya sudah jelas, namun masih saja diperdebatkan karena empat orang itu semua berpotensi.  Akhirnya yang dijadwalkan memilih BPW haya 90 menit menjadi lebih dari dua jam. Ya itulah JMKI, penuh dengan perhitungan. Tidak seperti saya yang asal tunjuk, kemudian hilang begitu saja. Selanjutnya pemilihan koordinator wilayah. Tidak seperti tahun sebelumnya, yang katanya hanya ada dua calon, kemarin ada lima calon. Rendi dari Farmasi Unpad, Alexander dari Farmasi ITB, Briani dari Farmasi Unjani, Teguh dari Keperawatan Unpad, dan Dila dari Keperawatan Unpad. Dan begitulah sesi tanya jawab yang berlangsung, lumayan rumit, namun lebih rileks daripada hari pertama. Berdasarkan musyawarah yang dilakukan, Dila gugur karena tidak ada yang memilih, namun calon koordinator masih ada empat. Akhirnya dilakukan lobby. Lumayan panas, karena ada tiga calon kuat, yaitu Rendi, Alex, dan Briani. Kami me-lobby yang lainnya dengan kepala dingin dan santai. Begitu juga 2 institusi yang membawa calonnya. Ada juga orang-orang yang nyolot meyakinkan kalau salah calon mereka lah yang terbaik. Mungkin karena mereka tidak punya alasan lain yang menguatkan. Setelah lobbying calon mengerucut menjadi tiga, Teguh gugur karena pengusungnya pun tidak memberi alasan yang cukup kuat. Akhirnya dilakukanlah voting. Alhamdulillah, koordinator wilayah yang terpilih adalah Rendi Mulyadi Irawan, dari Farmasi Unpad.
Tak terasa hari sudah gelap. Dari yang diagendakan pukul 14.30 WIB acara selesai, ternyata kami pulang pada pukul 19.30 WIB. Untung saja komsat kami, Jay segera menghubungi supir bus Explore untuk menunggu kami sampai selesai.  Semua terlihat lelah, termasuk saya, namun kami pulang dengan senyum, bukan karena Rendi terpilih, tetapi karena kami semua bisa ke Jatinangor dengan selamat ^_^.

Mimpi Buruk

Hari ini adalah hari pertamaku semester 4. Senin, 7 Februari 2011. Pagi ini aku bangun jauh lebih pagi dari biasanya. Tapi akhirnya tidur lagi, hehe. Mimpi dalam tidur singkatku itu aku melihat kejadian yang tidak mengenakkan. Kematian yang tragis, penyiksaan, ketidak adilan, dan keanehan. Aku bermimpi seakan-akan aku yang membuat skenarionya. “Pada suatu hari  di suatu jalan yang ditutup dengan police line. Aku pun menghampirinya. Jalan itu penuh dengan darah, dan di pinggir jalan aku menemukan beberapa kerdus putih. Dengan iseng aku buka kerdus itu, ternyata isinya adalah organ-organ manusia. Ginjal, hati, dan semuanya dengan bentuk sudah teriris-iris. Kemudian aku dibawa ke masa lalunya organ-organ itu. Itu adalah satu hari sebelumnya. Aku tak ingat, apakah itu pagi, siang, atau malam. Orang itu laki-laki dengan paras yang baik, anggaplah namanya George. Dia berniat mengajak kekasihnya jalan-jalan, kemudian dia ke rumah kekasihnya, anggaplah namanya Ellen. Namun ternyata Ellen tidak di rumah, melainkan sedang ke rumah sakit. Sehingga George pun pergi ke rumah sakit untuk menemui Ellen. Sesampainya di rumah sakit, ternyata Ellen tidak sendirian. Beliau ditemani satu wanita dan satu pria yang seumur dengan George dan Ellen. Aku tak yakin mereka siapanya Ellen, tapi George memanggilnya dengan akrab. Anggaplah wanita itu namanya Alice, dan pria itu namanya John. Aku juga tidak yakin apakah John dan Alice memiliki hubungan khusus. Pada akhirnya George bersama dengan Ellen dan Lisa meninggalkan rumah sakit dalam mobil yang sama, sedangkan John mengendarai mobil sendirian. Kemudian George memberhentikan mobilnya di suatu jalan yang sangat sepi, sehingga John juga turut memberhentikan mobilnya. George keluar dari mobil, lalu menceritakan sesuatu pada mereka semua. Aku tak yakin apa yang dibicarakan oleh George, namun George tersenyum, begitu pula dengan yang lainnya. Setelah beberapa lama George bercerita sampai dia tidak sadar apa yang terjadi di situ. Aku juga tak mengerti, apakah kawasan itu terlarang atau bagaimana. Ada suara gemuruh dari kejauhan, kemungkinan suara mobil dan motor. Alice mengajak Ellen masuk ke dalam mobil John, kemudian John pun mengendarai mobilnya menjauh dari kawasan itu sedang George masih asyik dengan ceritanya. Ketika menyadari bahwa mereka telah pergi, dia pun bergegas menuju mobilnya. Namun dari sisi lain ada wanita dan lelaki yang keluar dari mobil dengan penampilan yang tidak biasa. Yang lelaki seperti penyihir, sedang yang wanita memakai kacamata, seperti android. Belum sempat George membuka pintu mobilnya, dengan cepat  wanita itu memukul George, George pun melawan dengan kekuatan seadanya. Mungkin George adalah buron bagi kelompok itu, entahlah, aku pun masih tak mengerti. Wanita itu pun mengeluarkan pistol, kemudian George membuka pintu mobilnya, namun kalah gesit, belum sempat dia masuk mobil, dia sudah kena serangan lagi dari wanita itu. Aku pikir wanita itu memang bukan manusia. Saat George lengah, lelaki dengan jubah hitam seperti penyihir itu pun mengeluarkan senjata tajam, aku tak yakin apakah itu belati atau pedang, namun sepertinya itulah yang melukai George.”
Aku pun langsung bergegas bangun dan duduk. Aduh, memimpikan orang yang dibunuh dengan cerita tragis dan tidak jelas itu sangat tidak indah.

Jumat, 04 Februari 2011

Memori...

Tiba-tiba aku teringat memori masa laluku, saat TK, SD, SMP, SMA... Aku mengutarakan impianku dan mendengar tentang impian teman-temanku. Ada yang terobsesi ingin masuk AKMIL, sampai yang asalnya gembul jadi singset. Ada yang jenuh dengan peraturan sekolah. Lulus SMA langsung gondrongnya mengalahkanku, sepatu putih, kaos kaki warna-warni, rambut warna-warni, mata warna-warni (pake lensa kontak lah yaaa), dll yang penting beda banget. Hehehe...
Dan sekarang sudah tahun 2011. Ketika anak yang lahir 10 tahun di bawahku sudah belajar IPA dan IPS di sekolah dasar, aku  melihat lagi teman-temanku. Semuanya unpredictable! Yang dulunya terlihat biasa-biasa, sekarang menempuh pendidikan di sekolah tinggi akutansi negara, yang dulunya keliatan keren banget, sekarang sibuk mengurusi anaknya yang lahir sebelum waktunya (*di luar nikah). Siapa yang tahu? Manusia hanya bisa berencana, namun takdir hanya milik Allah SWT.
Seperti halnya teman-teman sekelasku di SMA. Mereka yang selalu ragu akan prestasinya tak berkembang hingga saat ini. Sedangkan mereka yang hobi bereksplorasi, eksistensinya terus berkembang. Apalagi yang hobinya di musik. Karya-karya mereka telah menghiasi musik indie Indonesia...
Biarpun kata orang Cimahi itu Bandung coret (Bandung), tapi terbukti kan prestasinyaaa.. salah satunya tuh tuh SinJo.. ^_^
Insya Allah aku menyusul deh...

Liburan dan Angklung

Sama seperti tahun lalu, liburan semester ganjil yang kurang lebih satu bulan ini terasa panjang. Bagaimana tidak? Aku tidak pergi berlibur seperti teman-temanku yang lain. ke dufan-kah, ke Bali-kah, ke Surabaya-kah... Aku hanya duduk diam di depan netbook imutku mulai bangun tidur sampai mau tidur. CUMA ITU. Liburan yang tanpa tugas kuliah, apalagi tugas praktikum. Jenuh, jenuh, JENUUUHH...!!
Namun di tahun ini ada beberapa perbedaan dari liburan tahun lalu. Yah, di awal liburan saya dapat "job" untuk perform angklung di Seminar Nasional "Beauty and Health with Cosmeceutical" yang diadakan senior yang sedang ambil profesi apoteker dengan sertifikat 5 skp untuk peserta (*padahal ga ngerti skp itu apaan, pokoknya keren dah!). Acara tersebut dilaksanakan 22 Januari 2011 lalu di gedung Teaching Hospital, Jln. Prof. Eyckman, Bandung. Dengan modal semangat dan junior (karena teman seangkatan saya "sibuk" >_<) berjumlah 13 orang saat pertama latihan (hiks.. terkenang selalu itu..) kami terus mencoba berlatih menggemparkan ruang auditorium Fakultas Farmasi Unpad.
Dan ternyata, aku tidak sendirian... Bapak PD III, Pak Sriwidodo... juga mendukungku... (hiks, terharu...) begitu juga dengan teman-teman juniorku... yang selalu semangat meskipun panas dan hujan menghadang waktu untuk latihan, begitu juga dengan si Bapak Peralatan yang menghalangi kita latihan, semua bukan jadi penghalang untuk latihan angklung, sampai akhirnya tiba waktunya geladi resik yang menjenuhkan. dan itulah momen terakhir aku melatih mereka. Dan sampai saat ini saya masih belum percaya saya bisa melatih mereka sendirian. Kami perform angklung dalam Seminar Nasional dengan baik tanpa pelatih profesional, bukan karena saya jagoan, tetapi karena semuanya jenius. Junior-junior saya, Kang Odzan (bassist), Kang Angga (penabuh Zimbe), Kang Opick (pemain tambourine dan penasehat), dan saya sendiri; semuanya jenius.
Dan performing waktu itu berjalan dengan indah dan mengagumkan... Itu adalah modal awal saya untuk mengajak dan meyakinkan teman-teman saya supaya bergabung di unit kegiatan mahasiswa angklung farmasi unpad. ^_^

next story in next posting...