Jumat, 29 Juli 2011

Kuputuskan Untuk Melebarkan Jilbabku...

Assalamu'alaikum wr.wb.
Aku menyadari bahwa aku adalah seorang perempuan. Yang diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk dan anatomi yang sangat berbeda dengan laki-laki. Seorang perempuan dapat dengan mudah membangkitkan gairah laki-laki. Bahkan yang pernah saya alami sendiri, hanya dengan lewat di depan laki-laki. Sungguh menakjubkan! Allah telah menciptakan keinginan yang begitu besar pada perempuan dalam diri laki-laki. Jangankan melihat bentuk tubuh, hanya dengan melihat kedipan mata saja laki-laki sudah gelisah. Tak jarang pula mata-mata jahil yang mengelilingiku. Mata dengan pandangan tajam yang mencari "sesuatu". Perasaan ini sungguh membuatku tak nyaman.
Semenjak lulus SMA, kutinggalkan celana jeansku, yang konon dengan mengenakannya bentuk kakiku terlihat jelas. Meskipun kulihat banyak perempuan lain yang mengenakannya namun masih saja merasa nyaman. Karena kuyakin, laki-laki yang memandang bentuk kaki itu akan mengingatnya. Dan aku tak ingin menjadi salah satunya. Kutinggalkan pula baju-bajuku yang sempit, karena ketika mengenakannya, lelaki lebih banyak melihatku. Meskipun kulihat teman-temanku masih asyik dengan baju-baju mininya. Aku tak peduli. Karena menurutku, ketika lelaki melihatku dengan pandangan yang mencari "sesuatu", Allah murka padaku. Karena berarti ada yang salah denganku. Karena berarti lelaki itu melihat auratku.
Dulu, jauh sebelum kuketahui mengapa muslimah diwajibkan mengulurkan jilbab ke tubuhnya, kupikir aurat hanyalah rambut, dan seluruh tubuh kecuali yang bisa terlihat (wajah, telapak tangan dan pergelangan kaki). Dan dulu kupikir kewajiban itu hanyalah kewajiban menutupi dengan selapis kain. Tebal atau tipis, ketat atau tidak, itu bukanlah masalah. Namun ternyata bukti pun menyatakan demikian. Kemudian kategori "Berpakaian tapi telanjang", istilah ini dahulu sangan sulit kumengerti, namun kini kumengerti. Bahkan suara seorang perempuan adalah aurat jika di-lemah lembutkan. Namun inilah masalah saya. Saya terlahir dari keluarga yang lemah-lembut perkataannya (terutama ibu saya). Semenjak kecil, suara saya memang lemah-lembut, dan sudah berusaha untuk saya ubah menjadi tegas, namun saya belum berhasil juga. Semoga Allah mengampuni saya, jika ada yang merasa bahwa suara saya membangkitkan gairahnya.
Kemudian saya mengikuti sebuah majelis, di beberapa tempat dan orang-orang yang berbeda. Namun tetap satu yang saya dapat, ternyata melebarkan jilbab membuat perempuan terlihat lebih sopan, lebih anggun, lebih terhormat, dan lebih menyejukkan pandangan. Dengan jilbab mereka yang lebar, mereka tetap berinteraksi dengan laki-laki, namun dengan begitu laki-laki lebih menghormatinya. Sungguh menakjubkan untuk saya, jilbab yang lebar, menimbulkan kesan bahwa perempuan tersebut telah mencapai keimanan yang tinggi, ahli dzikrullah, ahli ibadah, dll. Saat itu ibadah saya masih cemen. Namun saya bersikeras untuk mengenakan jilbab yang lebar. Maka niat pertama saya adalah untuk menghindari pandangan laki-laki.
Kemudian di suatu ketika bertemu dengan laki-laki dalam suatu majelis. Dia mengenakan baju koko, namun ternyata dia mengetahui banyak tentang ilmu Islam. Dia banyak bercerita tentang ilmu-ilmunya. Mana yang boleh, mana yang tidak boleh, mana yang dianjurkan, mana yang harus dihindari. Saya sempat kagum padanya, kemudian niat saya mengenakan jilbab lebar kemudian mencari ilmu adalah untuk mengimbangi laki-laki itu. Namun setelah itu saya bercermin. Saya ucapkan bismillah ketika mengenakan jilbab lebar itu, lalu saya tertunduk. "Saya mengucap bismillah, namun niat saya bukan untuk Allah!!! Celakalah saya!". Kemudian saya merubah lagi niat saya. Saya ingin menggapai ridho Allah, karena jika Allah ridho pada saya, maka akan datang sejuta kebaikan untuk saya.
Namun konsistensi memang sangat penting untuk dibangun. Beberapa kali saya memendekkan jilbab saya ketika berkumpul dengan teman-teman yang pakaiannya seperti saya SMA dulu, kemudian melebarkannya lagi ketika saya berkumpul dengan orang-orang shaleh. Kemudian pada akhirnya, belum lama inin saya memantapkan hati untuk senantiasa mengenakan jilbab yang lebar karena Allah, untuk melindungi saya dari pandangan-pandangan yang tidak menyenangkan.
Ternyata, pandangan-pandangan itu masih juga belum surut, setelah saya melebarkan jilbab. Yaitu karena warna pakaian saya. Padahal menurut saya biasa saja. Mungkin memang kesukaan manusia akan warna. Warna yang indah dan pas di badan juga memancing pandangan itu. Namun saya akan tetap berusaha supaya pandangan-pandangan yang datang pada saya jauh lebih terhormat, suci, dan bermaksud baik. Saya tidak akan menyerah, saya tidak akan kembali pada keadaan sebelum saya mengetahui ilmu. Meskipun halangan dan rintangan ada di depan. Karena  memang jalan menuju Allah bukanlah jalan yang mudah, namun akan terasa mudah bila diniatkan karena Allah dan dijalani dengan hati yang ikhlas.
Bismillahirrahmaanirrahiim... ^_^

1 komentar:

  1. Hahaha... Dunia memang sumber godaan, tapi manusia yang "KUAT" itu adalah mereka yang mengikhlaskan semuanya hanya karena Allah dan hanya untuk Allah... Tidak ada kebimbangan dalam hati mereka, tidak ada terbersit rasa sungkan dalam diri mereka jika terang2an menolong agama Allah, tidak surut semangat mereka mengkaji dan mengamalkan ayat2 Allah... Jadilah muslimah yang sesungguhnya dengan niat yang sesungguhnya...

    BalasHapus